Pantai sepanjang 2,5 kilometer itu menurut jajak pendapat versi CNN menempati peringkat 17 dari 100 pantai terindah di dunia, seperti dilansir CNN, Selasa (27/1/2015).
Dua pantai lain di Indonesia yang masuk daftar 100 pantai terindah di dunia versi CNN adalah Pulau Derawan, dan Pantai Canggu di Bali. Pulau Derawan berada di posisi 63, dan Pantai Canggu di peringkat 39.
Untuk mencapai ke Pantai Nihiwatu, harus menempuh penerbangan dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Bali ke bandara Tambolaka di Sumba Barat dan kemudian berkendara selama 90 menit. Pantai Nihiwatu menyajikan pemandangan pasir dan air laut yang bersih dan karena masih jarang orang, sehingga wisatawan bisa menikmati pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan.
Peringkat Pantai Nihiwatu di 100 pantai terindah dunia mengalahkan Pantai Hanalei Bay di Hawaii yang menempati posisi 27. Pantai Hanalei Bay sendiri memiliki latar belakang pegunungan di hamparan samudera. Ombak di Hanalei Bay menjadi surga bagi peselancar. Namun, terkadang badai dan cuaca buruk dapat membuat ombak begitu tinggi.
Sementara itu, posisi pertama pantai terindah versi CNN ini ditempati oleh Pantai Grande Anse Beach di Seychelles. Sementara Pantai Rabbit Italia, Grace Bay di Providenciales menempati posisi kedua dan ketiga.
Dalam sebuah laporan sebelum daftar 100 pantai terindah di dunia ini dikeluarkan, CNN juga menyanjung Nihiwatu setinggi langit. Laporan yang dibuat oleh Andrew Demaria yang dikeluarkan pada 1 September 2014 ini diberi judul “Paradise with a conscience: Nihiwatu on Indonesia’s Sumba Island“. Dalam laporan itu disebutkan bahwa karena keindahan Nihiwatu membuatnya klise “surga” pantas dialamatkan ke pantai ini.
CNN juga melaporkan tentang sepasang suami istri Claude Graves dan istrinya Petra yang pada tahun 1984 meninggalkan Afrika Selatan untuk mencari gelombang yang baik untuk surfing. Keduanya kemudian jatuh hati pada Nihiwatu, menetap di Sumba dan mendirikan sebuah resort pribadi di pantai ini. Mereka kemudian mendirikan hotel yang soft launching-nya dilakukan pada tahun 2001 dan mulai beroperasi penuh pada tahun 2005. Hotel yang didirikan di areal seluas 600 acre ini saat ini mempekerjakan lebih dari 300 orang Sumba.
Upaya mempromosikan lokasi ini juga dilakukan oleh Graves dimana ia bersama dengan pebisnis AS Sean Downs mendirikan The Sumba Foundation, sebuah yayasan yang didedikasikan untuk Sumba, pada tahun 2001. Yayasan ini mengklaim telah membawa dampak positif bagi warga dalam radius 120 mil dari lokasi hotel, menurunkan angka infeksi malaria sekitar 85 persen di desa-desa sekitar.
Yayasan ini juga telah mendirikan lima klinik kesehatan serta menjalankan program penanggulangan gizi buruk di wilayah ini yang dibiayai dari dana sebesar $5 juta yang telah didonasikan ke yayasan ini sejauh ini.
Walaupun mengklaim telah memberikan sumbangsih untuk masyarakat lokal dan menjadikan masyarakat lokal sebagai partner, akomodasi perhotelan yang tersedia di Nihiwatu nampaknya jauh dari jangkauan warga lokal, bahkan terhitung tidak murah untuk wisatawan lokal Indonesia. Biaya akomodasi di akhir tahun 2014 misalnya dimulai dengan $495 per orang per malam. Bahkan yang menginap di sini dikenakan minimum stay yaitu tiga atau tujuh hari tergantung musim. High season dimulai pada pertengahan Juni sampai pertengahan Oktober. Resort ini ditutup pada bulan January dan February. Informasi lengkap tentang Nihiwatu Resort dan reservasi dapat dilihat di sini.
No comments:
Post a Comment